Sebelum aku mulai bercerita tentang pengalamanku pertama kali  berhubungan seks dengan seorang wanita, ada baiknya aku ceritakan latar  belakangku terlebih dahulu.
Aku adalah anak tunggal di  keluargaku. Namaku Doni. Umurku waktu itu 17 tahun. Aku siswa sebuah SMU  Swasta dikotaku. Bapakku adalah seorang pengusaha menengah yang cukup  sibuk, dia sering pergi keluar kota umtuk waktu yang tidak tentu. Ibuku  juga sering ikut bersamanya. Aku tinggal dilingkungan Perumahan kelas  menengah. Di sebelah rumahku adalah rumah Pak RT, orang yang cukup  berpengaruh disana. Umurnya sekitar 60 tahun. tapi masih kelihatan  gagah. Pak RT mempunyai dua orang istri. Yang pertama namanya Tante Is,  wanita keturunan arab, kulitnya hitam manis, bodinya langsing. Meskipun  usianya sudah 40-an, Tante Is masih kelihatan cantik, dia sangat pintar  merawat diri.
Dengan Tante Is, Pak RT mempunyai dua orang  putri yang cantik-cantik, yang sulung namanya Erni sedangkan adiknya  namanya Ana, umur keduanya hampir sebaya denganku. Istri keduanya  namanya Tante Linda, orang Bandung, kulitnya putih bersih. Wajahnya  mirip bintang sinetron Titi Kamal. Bodynya aduhai, montok, padat berisi.  Mungkin karena dia sering fitness, apalagi Tante Linda senang  berpakaian sexy yang menonjolkan lekuk-lekuk tubuhnya. Membuat laki-laki  yang memandangnya terangsang dan ngeres. Tante Linda orangnya supel dan  pintar bergaul, sering dia ngobrol-ngobrol dengan anak muda seusiaku,  termasuk aku.
Kejadian ini bermula ketika orang tuaku pergi  seminggu keluar kota untuk keperluan bisnisnya. Aku ditinggal sendirian  dirumah. Sedangkan pembantuku dipecat ibuku tiga hari sebelumnya karena  ketahuan mencuri uang ibuku. aku yang sendirian merasa kesepian. Aku  duduk diruang tamu sambil berkhayal. Untuk menghilangkan kesepianku,  kuputar VCD porno yang baru aku pinjam dari temanku. Filmnya tentang  seorang cewek bule yang sedang disetubuhi dua orang negro. Satu orang  negro sedang dikulum kontolnya, sedangkan yang satunya lagi sedang  ngentot cewek bule itu dari belakang dengan posisi nungging. Sekitar 20  menit mereka berganti posisi, satu orang negro sedang rebahan diranjang  sambil memasukkan kontolnya kelubang anus cewek bule itu, yang telentang  diatasnya. Sedangkan negro yang satunya lagi sedang menggenjot vagina  cewek itu. Desahan dan erangan mereka membuatku terangsang. Kuraba-raba  celana pendekku (aku sudah tidak pakai celana dalam), kontolku mengeras.  Semakin lama kuraba semakin keras. Kukocok-kocok naik turun. Birahiku  memuncak ingin disalurkan, tapi aku tidak tahu harus kemana  menyalurkannya.
"Lagi ngapain Don?" suara seorang wanita  mengejutkanku.
Ternyata Tante Linda sudah berdiri disamping  pintu. Dia berpakaian sangat sexy, dengan kaos ketat dan rok super mini.  Dia memandang karah celanaku. Saking terkejutnya aku lupa menaikkan  celanaku, sehingga dia dengan bebas bisa melihat kontolku yang sedang  tegang penuh, mengacung-acung.
"Maaf.. maaf.. Tante" sahutku  terbata-bata.
"Akh, nggak apa-apa kok, kamu khan udah gede".
"Wah,  kontolmu gede banget, udah pernah dimasukkin kevaginanya cewek belum?"  tanyanya cuek.
"Be.. belum pernah Tante" sahutku.
"Mau  nggak dimasukin ke punya Tante?, Tante pingin nih ngerasain kontolmu"  katanya meminta.
Kemudian dia menutup pintu dan menguncinya.  Dia berjalan mendekat kearahku. Duduk disampingku.
"Tapi saya  belum pernah Tante" jawabku.
"Tante ajarin, mau khan?"  katanya sedikit memaksa.
Tanpa menunggu jawabanku, dia  menaikkan kedua kakinya kepangkuanku. Tangannya meraba-raba kontolku,  aku gemetar. Baru kali ini kontolku dipegang seorang wanita. Dia  mendekatkan wajahnya kewajahku, diciumnya bibirku. Lidahku diisapnya.  Aku membalas isapannya. Lidahku dan lidahnya tumpang, tindih saling  isap. sesekali isapannya diarahkan keleherku. ditariknya tanganku,  diletakannya dikedua buah dadanya yang sudah mengeras. Kuremas-remas  buah dadanya, dia menggelinjang keenakan. Kutarik kaos ketatnya, aku  terperangah, dia tidak memakai BH, buah dadanya padat dan kenyal.  Kulepaskan isapan lidahnya, kuisap buah dadanya, dia melenguh, sambil  tangannya terus mengocok-ngocok kontolku.
Beberapa menit  berlalu, dia berdiri, lalu melepaskan rok mininya. Maka terpampanglah  pemandangan yang luar biasa. Aku bisa melihat dengan jelas vaginanya  yang merah merekah, sangat indah. dicukur rapi dan bersih. Kemudian dia  berlutut dilantai, dihadapanku. Wajahnya didekatkan keselangkanganku.  Ditariknya celana pendekku. Bibirnya mendekati kepala kontolku, dan  mulai menjilati kepala kontolku, terus kepangkalnya.
"Akkh..  aow.. oohh.. nikmat Tante, enakk.. sekali" aku mengerang ketika dia  mulai mengulum kontolku.
Hampir seluruh batang kontolku masuk  kemulutnya yang sexy. Kontolku keluar masuk dimulutnya. Nikmat sekali.  Tak ketinggalan, buah pelirkupun diseruputnya. Puas mengulum kontolku,  kemudian Tante Linda berdiri dihadapanku. Vaginanya berada pas  diwajahku. Dia menarik kepalaku, mendekatkannya pada vaginanya. Aku  mengerti maksudnya, minta dijilati vaginanya. Kujulurkan lidahku. Aku  mulai dengan menjilati pangkal pahanya, terus mendekati bibir vaginanya.
"Aow..  oohh.. nikmat.. sayang, teruss.. terus" dia mendesah-desah ketika aku  memasukkan lidahku ke lubang vaginanya.
Kusedot-sedot,  kugigit-gigit kelentitnya. Dijepitnya kepalaku. Hampir seluruh isi  vaginanya kujilati, vaginanya basah.
"Akkhh.. akuu.. nggak  kuatt.. sayang, kita mulai aja" ajaknya.
Dia menurunkan  tubuhnya perlahan-lahan kepangkuanku. Dipegangnya kontolku, diarahkannya  tepat kelubang vaginanya. Dia mulai memasukkan kontolku sedikit demi  sedikit. Semakin lama semakin dalam. Sudah setengah batang kontolku  masuk. Sampai disini dia berhenti sejenak mengatur posisi. Kakinya  berlutut disofa. Aku tak mau ketinggal, kuambil kesempatan. Kusodokkan  kontolku. Dia menjerit ketika kontolku amblas dilubang vaginanya. Dia  mulai menaikturunkan pantatnya dipangkuanku. Kontolku serasa dijepit dan  dipijit-pijit lubang vaginanya yang sempit.
"Gimana sayang  enak khan?" tanyanya.
"Enakk sekali Tante, vagina Tante  sempit sekali" jawabku.
"Sudah lama sekali Tante tidak  merasakannya sayang".
"Pak RT tak pernah memberiku kepuasan"  dia menggerutu.
"Emangnya Pak RT impoten Tante?" tanyaku.
"Iya,  iya sayang" jawabnya singkat.
Kupeluk pinggangnya erat-erat.  Bibirku menghisap-hisap buah dadanya. Kubantu gerakkannya dengan  menyodok-nyodokan pantatku keatas. Dia mengerang-erang merasakan nikmat.  Matanya merem melek. Semakin lama semakin cepat dia menggerak-gerakkan  pantatnya, sesekali pantatnya diputar-putar. Aku merasakan nikmat yang  tiada tara. Kontolku serasa dipelintir vaginanya. Sudah sekitar 30 menit  kami berpacu dalam kenikmatan. Nafasnya dan nafasku saling memburu.  Peluh kami bercucuran.
"Akh.. oohh.. aku tidak kuat sayang,  akuu.. mauu.. keluarr" dia menjerit-jerit.
Kurasakan  vaginanya berkedut-kedut.
"Akuu.. juga Tante" sahutku  ngos-ngosan.
"Keluarin didalem aja sayang, aku ingin punya  anak darimu" pintanya memelas.
Crott! Crott! Crott! Aku  menumpahkan sperma yang sangat banyak di lubang vaginanya.
"Kamu  puas khan sayang?" tanyanya.
"Puas sekali Tante" sahutku  pendek.
Kami beristirahat sejenak. Kemudian kekamar mandi  untuk membersihkan badan. Siraman air membuat badanku segar kembali.
"Aku  pingin lagi sayang, kamu mau khan?" tanyanya meminta.
Aku  tidak menjawabnya. Kubopong tubuhnya, kubawa kekamarku dan kurebahkan  diranjangku. aku merangkak diatas tubuhnya dengan posisi ssungsang.  Selangkanganku berada diatas wajahnya, sedangkan wajahku tepat diatas  vaginanya. Aku mulai menjilati dinding vaginanya. Dia  menggerinjal-gerinjal dan menjepit kepalaku. Seluruh dinding vaginanya  kujilati. Kucari-cari tititnya. Kusedot-sedot dengan lidahku. Sesekali  kugigit. Dia meringis.
Dengan jari-jariku kutusuk-tusuk lubang  anusnya. Sesekali kujilati lubang anusnya. Tante Linda tak mau  ketinggalan. Dia menjilati kontolku, dari kepala sampai pangkal kontolku  tak luput dari jilatannya. Sstt! Aku mendesah ketika dia mengulum  kontolku. Dia sangat lihai memainkan lidahnya. Kontolku yang tadi  mengecil, sedikit demi sedikit mengeras didalam mulutnya. luar biasa  kenikmatan yang kudapatkan. Tante Linda memang benar-benar profesional.  Seluruh batang kontolku dijilatinya.
"Oohh.. aku tidak tahan  sayang, kita mulai aja" pintanya.
Kuturunkan tubuhku dari  tubuhnya. Aku berdiri dipinggir ranjang. Kutarik tubuhnya kepinggir,  hingga kedua kakinya menjuntai. Aku mendekatkan kontolku kelubang  vaginanya. Sedikit demi sedikit kontolku masuk kelubang vaginanya. Sstt!  Dia mendesis. Sudah seluruh batang kontolku amblas ditelan lubang  vaginanya yang basah dan memerah. Kugoyang-goyangkan pantatku. Tante  Linda membantuku dengan menggoyang-goyangkan tubuhnya. aku merasakan  sensasi yang luar biasa. 10 menit berlalu, kuganti posisi. Kutarik  kontolku. Kakinya kunaikkan keduanya. Aku memasukkannya lagi. Dan mulai  menggenjotnya.
"Akhh.. akuu.. mauu.. keluarr.. sayang" dia  mengerang.
Vaginanya berkedut-kedut. Vaginanya menjepit  kontolku.
"Akhh.. aku keluarr.. sayang" dia melenguh.
kurasakan  vaginanya basah oleh cairan. Tante Linda telah mencapai orgasme  sedangkan aku belum apa-apa. Kubalikkan tubuhnya. Kuminta dia  menungging. dia menuruti aja perintahku. Kudekatkan kontolku yang masih  tegang ke lubang anusnya.
"Kamu mau apain anusku sayang"  tanyanya ketika kepala kontolku menyentuh lubang anusnya.
"Jangan,  jangan di lubang itu sayang, sakit" teriaknya.
Aku tidak  mempedulikannya. Kumasukkan kepala kontolku kelubang anusnya. Mulanya  agak susah tapi akhirnya masuk juga. Kutekan pelan-pelan hingga seluruh  batang kontolku amblas. Aku mulai menggerakkan pantatku maju mundur.  Kutuk-tusuk lubang anusnya.
"Oohh.. enakk.. sayang, kamu  pintar" pujinya ketika dia sudah mulai merasakan nikmatnya disodomi.
Sekitar  30 menit kontolku keluar masuk dilubang anusnya. Kurasakan kontolku  berkedut-kedut.
"Akkhh.. aku mau keluarr.. Tante" aku  berteriak histeris.
Crott! Crott! Crott! Kutumpahkan spermaku  lubang anusnya. Kudiamkan beberapa saat. Lalu kutarik kontolku.  Kuarahkan ke wajahnya. Kuminta dia menjilati spermaku. Dengan lahapnya  Tante Linda menjilati sisa-sisa spermaku, sampai bersih dijilatinya.  Tanpa rasa jijik sedikitpun.
"Kamu hebat sayang, aku puas  sekali" pujinya.
"Kamu mau khan memberiku kepuasan seperti  ini lagi?" pintanya.
Aku mengangguk aja. Menyetujui  permintaannya.
"Kalo kamu pengin lagi, datang aja ke  kamarku".
"Masuknya lewat jendela ya! Kalo lampu kamarku  mati, berarti Pak RT nggak di rumah".
"Ketok kaca jendela  tiga kali, akan kubukakan untukmu, OK" dia menerangkannya untukku.
Kurebahkan  tubuhku disampingnya. Kami tertidur setelah mencapai puncak kenikmatan  yang luar biasa. Malam itu Tante Linda menginap dikamarku. Sampai pagi  kami merengkuh kenikmatan
Minggu, 01 Agustus 2010
kepuasan selingkuh
Awalnya aku hanya iseng mengobrol mengisi waktu luang di waktu jam  istirahat, Namun lama-kelamaan Dewi salah satu staffku yang agak manis  malah penasaran dan bertanya lebih jauh tentang orgasme. Ya sebuah  misteri yang kelihatannya mudah namun susah diungkapkan.
Memang banyak sekali wanita yang belum sadar akan arti pentingnya sebuah orgasme, bahkan menurut penelitian hanya 30% wanita yang dapat meraih orgasme, banyak hal-hal yang mempengaruhi wanita dalam meraih orgasme, baik dari faktor si wanitanya ataupun dari faktor prianya atau bahkan dari suasana, perasaan, dll. Termasuk Dewi salah satu staffku ini, selama menikah 2 tahun lalu, dia belum tahu apa itu orgasme, yang dia tahu hanya rasa enak saat penis suaminya memasuki kewanitaannya, Dan berakhir saat penis suaminya menyemprotkan cairan hangat kedalam kewanitaannya.
Aku hanya geleng-geleng kepala mendengar ceritanya, lalu aku korek lebih jauh tentang perasaan, foreplay, gaya, waktu, dan lain-lain tentang hubungannya dengan suaminya, Dengan malu-malu Dewi pun menceritakan dengan jujur bahwa selama ini memang dia sendiri penasaran dengan apa yang namanya orgasme namun dia tak tahu harus bagaimana, yang jelas saat berhubungan dengan suaminya dia cukup foreplay, bahkan suaminya senang mengoral kewanitaannya sampai banjir, dan selama penis suaminya masuk sama sekali tidak ada rasa sakit, yang ada hanya enak saja namun tidak bertepi, rasanya menggantung tidak ada ujung, dan tahu-tahu sudah berakhir dengan keluarnya sperma suaminya ke dalam kewanitaannya.
"Kira-kira berapa lama penis suami kamu bertahan dalam kewanitaan kamu?" tanyaku.
"Mungkin sekitar 10 menit" jawabnya pasti.
"Gaya apa yang dipakai suami kamu?"
"Macam-macam, Pak, malah sampai menungging segala"
Aku hanya tersenyum mendengar jawabannya yang polos.
"Kira-kira berapa besar penis suami kamu?"
"Berapa ya?, saya tidak tahu Pak!" jawabnya bingung.
Akupun jadi bingung dengan jawabannya, tapi aku ada tidak kekurangan akal.
"Waktu kamu genggam punya suami kamu pakai tangan, masih ada lebihnya tidak?"
Dewi diam sejenak, mungkin sedang mengingat-ingat.
"Kayanya masih ada lebih, pas kepalanya, Pak!"
Aku tak dapat menahan senyumku.
"Maksud kamu, 'helm'nya masih nongol?"
"Ya!" Dewipun tersenyum juga.
Aku suruh tangannya menggenggam, aku pandangi secara seksama tangannya yang sedang mengepal, yang berada dalam genggamanku, sungguh halus sekali, Namun aku sadar bahwa aku ditempat umum.
"Aku perkirakan penis suami kamu berukuran 10-14 cm, berarti masih normal, Wi!"
"Bagaimana dengan kekerasannya?" tanyaku lagi.
"Keras sekali, Pak, seperti batu!"
Aku diam sejenak mencoba berfikir tentang penghambatnya meraih orgasme, sebab dari pembicaraan tadi sepertinya tidak ada masalah dalam kehidupan seksnya, tapi kenapa Dewi tidak bisa meraih orgasmenya?
"Kok diam Pak?"
"Aku lagi mikir penyebabnya."
"Apa mungkin masalah lamanya, Pak? Sebab sepertinya saya sedikit lagi mau mencapai ujung rasa enak, tapi suami saya keburu keluar" terangnya.
Aku diam sejenak, mencoba mencerna kata-katanya, tapi tak lama Dewi sendiri membantahnya.
"Tapi, tidak mungkin kali, Pak, sebab biarpun kadang lebih lama dari sepuluh menit, tapi tetap saya merasa hampir di ujung terus, tanpa pernah terselesaikan."
Aku sedikit mengerti maksudnya,
"Maksud kamu, kalau 10 menit kamu maunya semenit lagi? Namun kalau 12 menit atau 15 menit pun kamu maunya tetap semenit lagi?" tanyaku.
"Ya, betul, kenapa ya Pak?"
Aku kini mulai mengerti posisi sebenarnya, kemungkinan besar ada titik dalam vaginanya yang belum tersentuh secara maksimal, Itu kesimpulan sementara, Namun aku belum sempat mengucapkan apa-apa, keburu jam istirahat kerja habis.
"Ya udah Wi, nanti kita terusin via SMS, oke?"
"Oke deh!" sahutnya riang sambil meninggalkan aku.
Di meja kerjaku, aku kembali memikirkan benar-benar masalah yang Dewi hadapi, sebenarnya ada niat untuk memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, karena setelah aku pikir-pikir Dewi punya kelebihan di Buah dada dan pantatnya yang besar juga kulitnya yang bersih dengan bulu-bulu halus, Namun Dewi akrab dengan istriku, dan aku sendiri kenal sudah lama dengannya dan suaminya, ini yang jadi masalah, Lama aku berfikir, akhirnya aku putuskan untuk mencoba menolongnya semampuku tanpa mengharapkan apapun darinya, Aku yakin aku bisa membantunya berbekal pada pengalamanku selama ini.
Aku kirim SMS kepadanya, "Wi, Sepertinya masalah kamu agak kompleks, Kalau sempat, bisa tidak nanti pulang kerja kita cari tempat yg enak utk mengobrol?"
5 menit aku tunggu belum ada jawaban juga, Aku jadi tegang sendiri, jangan-jangan dia marah, karena aku dianggap kurang ajar, Tapi untunglah tak lama HPku bergetar 2x pertanda SMS masuk, Aku langsung lihat pengirimnya Dewi, aku baca isinya.
"Boleh, tapi jangan di tempat sepi ya.., kata nenek itu berbahaya"
Aku tersenyum membaca balasannya yang sedikit bergurau, lalu aku balas kembali,
"Wi, jangan salah tangkap ajakanku ya.. aku cuma tidak enak saja kalau kita terlalu mencolok, karena kamu istri orang & aku suami orang juga"
Singkat kata Pukul 5 sore kami janjian ketemu di sebuah rumah makan yang nyaman di daerah Jakarta timur, Suasana rumah makan yang agak temaram menambah rileks obrolan kami, Sambil makan kami melanjutkan obrolan kami yang tadi siang, Aku utarakan kesimpulan sementaraku bahwa ada kurang sentuhan di area vaginanya, aku sarankan agar nanti malam mencari titik tersebut dan jika sudah ketemu aku suruh Dewi meminta kepada suaminya untuk menekan lebih kuat saat hubungan intim, Dewi mengangguk mengerti.
"Menurut Bapak, apakah body saya cukup bagus?"
Tiba-tiba saja Dewi bertanya seperti itu. Aku kaget mendengarnya, berarti kemungkinan Dewi kurang percaya diri dengan tubuhnya, dan menurut yang aku tahu ini sangat berbahaya untuk meraih orgasme.
"Wi, dalam sebuah hubungan intim, Jangan merasa body kamu jelek atau vagina kamu tidak wangi atau buah dada kamu jelek atau apa saja yang menurut kamu negatif, itu faktor yang sangat penting dalam meraih orgasme, Ingat Wi, kalau tubuh kamu tidak bagus kan tidak mungkin suami kamu mau mencumbu kamu, dan mau berhubungan dengan kamu!"
"Justru kamu harus berfikir bahwa wajah dan tubuh kamu sangat bagus, buktinya suami kamu minta melulu, kan?"
"Tapi, saya tidak nyaman dengan perut saya yang tidak ramping"
"Wi, yang lebih gendut dari kamu banyak, ingat itu, lagian menurutku perut kamu tidak terlalu gendut, Biasa saja!" jawabku tegas.
"Pokoknya malam ini, kamu coba untuk menghilangkan rasa tidak percaya diri kamu, dan saat ada sentuhan nikmat yang kamu bilang tidak berujung, suruh suami kamu menekannya lebih kuat, itu saja dulu, besok aku tunggu kabarnya!"
Aku jadi terkesan menyuruh, mungkin karena dikantor Dewi bawahanku, sehingga menjadi kebiasaan. Karena waktu sudah menunjukan jam 19.00 kami pun pulang ke rumah masing-masing, aku antar Dewi sampai tempat dia biasa menunggu angkot.
Keesokan paginya, Aku baru saja ngopi dan HP baru aku aktifkan, Sudah ada pesan dari Dewi, bunyinya singkat, "Belum berhasil, Pak!".
Aku lihat dikirim jam 23.10 malam, berarti kemungkinan Dewi mengirimnya saat baru selesai berhubungan dengan suaminya.
Sampai dikantor aku baru membalas SMSnya.
"Memang kenapa?"
Tak lama Dewi pun membalasnya.
"Tidak tahu kenapa, apa nanti sore kita bisa ketemu lagi, Pak?, saya merasa nyaman mengobrol dengan Bapak."
Aku berfikir tentang arti pesannya, Apakah dia mengajakku selingkuh? Atau hanya perasaanku saja? Atau memang dia hanya ingin mengobrol saja? Sebagai lelaki jelas aku tidak mungkin menampiknya, Sorenya kami janjian di tempat yang kemaren, dan ungkapan Dewi yang jujur sangat mengagetkanku.
"Pak, terus terang, keinginan saya untuk meriah orgasme jadi tambah kuat, tapi herannya malah saya inginnya dari Bapak, Entahlah saya yakin sekali saya bisa meraihnya bersama Bapak"
Jantungku terasa berhenti berdetak mendengarnya, belum selesai aku menenangkan pikiranku, Dewi kembali melanjutkan pembicaraannya.
"Tapi bukan berarti saya ingin berhubungan dengan Bapak lho, saya hanya ingin tahu kenapa perasaan saya begini?"
Aku hanya diam, namun aku mengambil kesimpulan dalam hati bahwa kemungkinan Dewi terkesan dengan aku karena aku atasannya, bisa saja dia tanpa sadar kagum dengan cara kerjaku, atau apalah yang berhubungan dengan pekerjaan, Karena kalau secara fisik tidak mungkin, jauh lebih ganteng dan atletis suaminya dari pada aku.
Namun hal ini tidak aku ungkapkan kepadanya.
Suasana hening diantara kami beberapa saat, tapi tiba-tiba saja tangan Dewi meraih tanganku,
"Pak." Hanya itu yang keluar dari mulutnya
Tatapan mata kami beradu, Aku melihat ada gairah disana, Aku balas meremas jarinya, Sentuhan halus kulitnya terasa menimbulkan percik-percik gairah di antara kami, Akhirnya aku beranikan diri untuk mengajaknya,
"Wi, Bagaimana kalau kita diskusi langsung dengan praktek untuk meraih orgasme kamu?" suaraku terasa agak bergetar, mungkin agak canggung.
"Terserah Bapak deh" jawabnya manja sambil mencubit tanganku.
Pucuk dicinta ulampun tiba, aku segera membayar makanan kami dan langsung menuju hotel, sepanjang jalan ke hotel, jari-jari kami saling bertaut mengantarkan kehangatan ke jiwa kami, Dan setelah sampai di kamar hotel yang asri, Kami lamgsung mulai.. Meskipun awalnya agak canggung, Namun akhirnya kami dapat menikmati semuanya,
Masih dalam keadaan berpakaian, aku memeluk tubuh Dewi yang padat, bibir kami saling melumat lembut, kadang lidah kami saling kait dan saling dorong, sehingga gairah di dada kami semakin membuncah, Satu per satu pakaian kami bertebaran dilantai, seiring dengan nafsu kami yang semakin menggebu, Kini Seluruh organ tubuhku bekerja untuk memenuhi hasrat Dewi, aku rebahkan tubuh mulusnya di ranjang, sungguh pemandangan yang indah dan mendebarkan, dengan kulit tubuh yang putih bersih kontras dengan bulu-bulu halus dipermukaan kulitnya apalagi di kemaluannya yang begitu lebat menghitam. Aku langsung mengelus buah dadanya yang padat dengan lembut, sementara mulut dan lidahku menciumi dan menjilati centi demi centi tubuhnya tanpa terlewati,
"Tubuh kamu bagus sekali, Wi!" Aku mencoba memberinya rasa percaya diri.
Sementara Jilatanku sudah sampai pada vaginanya, aku sibakkan bulunya dengan lidahku, aku kemut lembut klitorisnya, kadang lidahku menusuk langsung vaginanya, Jari-jariku ikut membantu memberi kenikmatan dengan memilin-milin puting buah dadanya yang semakin mencuat, Sehingga membuat Dewi mengerang dalam nikmat, Sementara Dewi pun tidak tinggal diam, dia balas mengelus dadaku, kadang ujung dadaku di pilinnya, Tangan yang satunya lagi meremas-remas dan mengocok senjataku sehingga semakin meregang kaku dalam genggamannya, Yang aku yakin berdasarkan ceritanya pasti punyaku lebih besar dari pada punya suaminya, Gairah yang membuncah didadaku membuat aku lupa bahwa aku punya tugas untuk mengantarnya meraih orgasme.
Tubuh kami berguling-guling dikasur saling memberikan rangsangan dan kenikmatan, hingga akhirnya Dewi sendiri yang tidak tahan dan mengambil inisiatif, dia langsung mengangkangi tubuhku, dan langsung memegang senjataku untuk dibimbing kedalam liang surganya, Perlahan, centi demi centi, senjataku memenuhi rongga vaginanya berbarengan dengan rasa nikmat dan hangat disenjataku, Cengkraman vaginanya yang begitu kuat terasa mengurut senjataku, Dewi terus menggoyangkan pantatnya yang bulat padat, Tanganku memilin kedua putingnya, butir-butir keringat mulai membasahi tubuh kami berdua, tak lama Dewi berteriak histeris dan menggigit pundakku, tubuhnya mengejang kaku, dan wajahnya agak memerah melepas orgasmenya,
Aku berhasil mengantarnya meraih orgasme, Tubuhnya diam sejenak diatas tubuhku.
"Terima kasih, Pak" ia mencium keningku.
"Saya masih mau lagi" ucapnya serak.
Sungguh diluar dugaan, mungkin karena baru kali ini dia meraih orgasme, Dewi begitu liar, hanya beberapa detik, tubuhnya mulai bergoyang diatas tubuhku, Dan anehnya lagi, Hampir disetiap gaya Dewi bisa meraih orgasmenya begitu cepat, Mungkin ada 6 kali dia sudah orgasme tapi dia belum puas juga, sementara aku sendiri bersusah payah menahan orgasmeku, Aku benar-benar ingin memuaskan dahaganya, Apalagi saat gaya doggy, sambil meremas buah pantatnya yang bulat, aku benar-benar tak kuat lagi menahan semprotan dalam spermaku, sentuhan buah pantatnya di pangkal senjataku menambah sensasi tersendiri.
"Wi, aku mau keluar, di dalam atau di luar?" sambil aku mempercepat kocokanku.
"Di dalam aja Pak, cepat sodok yang kuat!" erangnya.
Akhirnya Seluruh tubuhku bagai tersetrum nikmat, aku melepas orgasmeku, menyemburkan cairan hangat ke dalam kemaluan Dewi yang telah basah berbarengan dengan kedutan-kedutan kecil hangat dari dalam liang vagina Dewi.
Yah, kami orgasme berbarengan, Sungguh nikmat sekali.
Waktu sudah menunjukan pukul 9 malam, namun Dewi kelihatannya belum puas juga, aku sampai bingung sendiri, biasanya istriku sekali orgasme tidak bisa lagi orgasme, Namun memang pernah aku baca ada wanita yang seperti Dewi.
Akhirnya waktu jualah yang harus memisahkan kami, kembali ke kehidupan nyata, Aku dengan istriku dan Dewi dengan suaminya, Namun sejak saat itu hubungan kami semakin hangat membara, Ada satu kelebihan Dewi yang tidak bisa aku lupakan, Vaginanya sangat mencengkram meskipun sudah puluhan kali kami berhubungan, Pernah aku Tanya katanya dia sering minum jamu, Dan Dewi sendiri pun jelas sangat membutuhkan orgasme dariku, Karena terakhir cerita dia belum bisa meraih dengan suaminya, entahlah sampai kapan..
Memang banyak sekali wanita yang belum sadar akan arti pentingnya sebuah orgasme, bahkan menurut penelitian hanya 30% wanita yang dapat meraih orgasme, banyak hal-hal yang mempengaruhi wanita dalam meraih orgasme, baik dari faktor si wanitanya ataupun dari faktor prianya atau bahkan dari suasana, perasaan, dll. Termasuk Dewi salah satu staffku ini, selama menikah 2 tahun lalu, dia belum tahu apa itu orgasme, yang dia tahu hanya rasa enak saat penis suaminya memasuki kewanitaannya, Dan berakhir saat penis suaminya menyemprotkan cairan hangat kedalam kewanitaannya.
Aku hanya geleng-geleng kepala mendengar ceritanya, lalu aku korek lebih jauh tentang perasaan, foreplay, gaya, waktu, dan lain-lain tentang hubungannya dengan suaminya, Dengan malu-malu Dewi pun menceritakan dengan jujur bahwa selama ini memang dia sendiri penasaran dengan apa yang namanya orgasme namun dia tak tahu harus bagaimana, yang jelas saat berhubungan dengan suaminya dia cukup foreplay, bahkan suaminya senang mengoral kewanitaannya sampai banjir, dan selama penis suaminya masuk sama sekali tidak ada rasa sakit, yang ada hanya enak saja namun tidak bertepi, rasanya menggantung tidak ada ujung, dan tahu-tahu sudah berakhir dengan keluarnya sperma suaminya ke dalam kewanitaannya.
"Kira-kira berapa lama penis suami kamu bertahan dalam kewanitaan kamu?" tanyaku.
"Mungkin sekitar 10 menit" jawabnya pasti.
"Gaya apa yang dipakai suami kamu?"
"Macam-macam, Pak, malah sampai menungging segala"
Aku hanya tersenyum mendengar jawabannya yang polos.
"Kira-kira berapa besar penis suami kamu?"
"Berapa ya?, saya tidak tahu Pak!" jawabnya bingung.
Akupun jadi bingung dengan jawabannya, tapi aku ada tidak kekurangan akal.
"Waktu kamu genggam punya suami kamu pakai tangan, masih ada lebihnya tidak?"
Dewi diam sejenak, mungkin sedang mengingat-ingat.
"Kayanya masih ada lebih, pas kepalanya, Pak!"
Aku tak dapat menahan senyumku.
"Maksud kamu, 'helm'nya masih nongol?"
"Ya!" Dewipun tersenyum juga.
Aku suruh tangannya menggenggam, aku pandangi secara seksama tangannya yang sedang mengepal, yang berada dalam genggamanku, sungguh halus sekali, Namun aku sadar bahwa aku ditempat umum.
"Aku perkirakan penis suami kamu berukuran 10-14 cm, berarti masih normal, Wi!"
"Bagaimana dengan kekerasannya?" tanyaku lagi.
"Keras sekali, Pak, seperti batu!"
Aku diam sejenak mencoba berfikir tentang penghambatnya meraih orgasme, sebab dari pembicaraan tadi sepertinya tidak ada masalah dalam kehidupan seksnya, tapi kenapa Dewi tidak bisa meraih orgasmenya?
"Kok diam Pak?"
"Aku lagi mikir penyebabnya."
"Apa mungkin masalah lamanya, Pak? Sebab sepertinya saya sedikit lagi mau mencapai ujung rasa enak, tapi suami saya keburu keluar" terangnya.
Aku diam sejenak, mencoba mencerna kata-katanya, tapi tak lama Dewi sendiri membantahnya.
"Tapi, tidak mungkin kali, Pak, sebab biarpun kadang lebih lama dari sepuluh menit, tapi tetap saya merasa hampir di ujung terus, tanpa pernah terselesaikan."
Aku sedikit mengerti maksudnya,
"Maksud kamu, kalau 10 menit kamu maunya semenit lagi? Namun kalau 12 menit atau 15 menit pun kamu maunya tetap semenit lagi?" tanyaku.
"Ya, betul, kenapa ya Pak?"
Aku kini mulai mengerti posisi sebenarnya, kemungkinan besar ada titik dalam vaginanya yang belum tersentuh secara maksimal, Itu kesimpulan sementara, Namun aku belum sempat mengucapkan apa-apa, keburu jam istirahat kerja habis.
"Ya udah Wi, nanti kita terusin via SMS, oke?"
"Oke deh!" sahutnya riang sambil meninggalkan aku.
Di meja kerjaku, aku kembali memikirkan benar-benar masalah yang Dewi hadapi, sebenarnya ada niat untuk memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, karena setelah aku pikir-pikir Dewi punya kelebihan di Buah dada dan pantatnya yang besar juga kulitnya yang bersih dengan bulu-bulu halus, Namun Dewi akrab dengan istriku, dan aku sendiri kenal sudah lama dengannya dan suaminya, ini yang jadi masalah, Lama aku berfikir, akhirnya aku putuskan untuk mencoba menolongnya semampuku tanpa mengharapkan apapun darinya, Aku yakin aku bisa membantunya berbekal pada pengalamanku selama ini.
Aku kirim SMS kepadanya, "Wi, Sepertinya masalah kamu agak kompleks, Kalau sempat, bisa tidak nanti pulang kerja kita cari tempat yg enak utk mengobrol?"
5 menit aku tunggu belum ada jawaban juga, Aku jadi tegang sendiri, jangan-jangan dia marah, karena aku dianggap kurang ajar, Tapi untunglah tak lama HPku bergetar 2x pertanda SMS masuk, Aku langsung lihat pengirimnya Dewi, aku baca isinya.
"Boleh, tapi jangan di tempat sepi ya.., kata nenek itu berbahaya"
Aku tersenyum membaca balasannya yang sedikit bergurau, lalu aku balas kembali,
"Wi, jangan salah tangkap ajakanku ya.. aku cuma tidak enak saja kalau kita terlalu mencolok, karena kamu istri orang & aku suami orang juga"
Singkat kata Pukul 5 sore kami janjian ketemu di sebuah rumah makan yang nyaman di daerah Jakarta timur, Suasana rumah makan yang agak temaram menambah rileks obrolan kami, Sambil makan kami melanjutkan obrolan kami yang tadi siang, Aku utarakan kesimpulan sementaraku bahwa ada kurang sentuhan di area vaginanya, aku sarankan agar nanti malam mencari titik tersebut dan jika sudah ketemu aku suruh Dewi meminta kepada suaminya untuk menekan lebih kuat saat hubungan intim, Dewi mengangguk mengerti.
"Menurut Bapak, apakah body saya cukup bagus?"
Tiba-tiba saja Dewi bertanya seperti itu. Aku kaget mendengarnya, berarti kemungkinan Dewi kurang percaya diri dengan tubuhnya, dan menurut yang aku tahu ini sangat berbahaya untuk meraih orgasme.
"Wi, dalam sebuah hubungan intim, Jangan merasa body kamu jelek atau vagina kamu tidak wangi atau buah dada kamu jelek atau apa saja yang menurut kamu negatif, itu faktor yang sangat penting dalam meraih orgasme, Ingat Wi, kalau tubuh kamu tidak bagus kan tidak mungkin suami kamu mau mencumbu kamu, dan mau berhubungan dengan kamu!"
"Justru kamu harus berfikir bahwa wajah dan tubuh kamu sangat bagus, buktinya suami kamu minta melulu, kan?"
"Tapi, saya tidak nyaman dengan perut saya yang tidak ramping"
"Wi, yang lebih gendut dari kamu banyak, ingat itu, lagian menurutku perut kamu tidak terlalu gendut, Biasa saja!" jawabku tegas.
"Pokoknya malam ini, kamu coba untuk menghilangkan rasa tidak percaya diri kamu, dan saat ada sentuhan nikmat yang kamu bilang tidak berujung, suruh suami kamu menekannya lebih kuat, itu saja dulu, besok aku tunggu kabarnya!"
Aku jadi terkesan menyuruh, mungkin karena dikantor Dewi bawahanku, sehingga menjadi kebiasaan. Karena waktu sudah menunjukan jam 19.00 kami pun pulang ke rumah masing-masing, aku antar Dewi sampai tempat dia biasa menunggu angkot.
Keesokan paginya, Aku baru saja ngopi dan HP baru aku aktifkan, Sudah ada pesan dari Dewi, bunyinya singkat, "Belum berhasil, Pak!".
Aku lihat dikirim jam 23.10 malam, berarti kemungkinan Dewi mengirimnya saat baru selesai berhubungan dengan suaminya.
Sampai dikantor aku baru membalas SMSnya.
"Memang kenapa?"
Tak lama Dewi pun membalasnya.
"Tidak tahu kenapa, apa nanti sore kita bisa ketemu lagi, Pak?, saya merasa nyaman mengobrol dengan Bapak."
Aku berfikir tentang arti pesannya, Apakah dia mengajakku selingkuh? Atau hanya perasaanku saja? Atau memang dia hanya ingin mengobrol saja? Sebagai lelaki jelas aku tidak mungkin menampiknya, Sorenya kami janjian di tempat yang kemaren, dan ungkapan Dewi yang jujur sangat mengagetkanku.
"Pak, terus terang, keinginan saya untuk meriah orgasme jadi tambah kuat, tapi herannya malah saya inginnya dari Bapak, Entahlah saya yakin sekali saya bisa meraihnya bersama Bapak"
Jantungku terasa berhenti berdetak mendengarnya, belum selesai aku menenangkan pikiranku, Dewi kembali melanjutkan pembicaraannya.
"Tapi bukan berarti saya ingin berhubungan dengan Bapak lho, saya hanya ingin tahu kenapa perasaan saya begini?"
Aku hanya diam, namun aku mengambil kesimpulan dalam hati bahwa kemungkinan Dewi terkesan dengan aku karena aku atasannya, bisa saja dia tanpa sadar kagum dengan cara kerjaku, atau apalah yang berhubungan dengan pekerjaan, Karena kalau secara fisik tidak mungkin, jauh lebih ganteng dan atletis suaminya dari pada aku.
Namun hal ini tidak aku ungkapkan kepadanya.
Suasana hening diantara kami beberapa saat, tapi tiba-tiba saja tangan Dewi meraih tanganku,
"Pak." Hanya itu yang keluar dari mulutnya
Tatapan mata kami beradu, Aku melihat ada gairah disana, Aku balas meremas jarinya, Sentuhan halus kulitnya terasa menimbulkan percik-percik gairah di antara kami, Akhirnya aku beranikan diri untuk mengajaknya,
"Wi, Bagaimana kalau kita diskusi langsung dengan praktek untuk meraih orgasme kamu?" suaraku terasa agak bergetar, mungkin agak canggung.
"Terserah Bapak deh" jawabnya manja sambil mencubit tanganku.
Pucuk dicinta ulampun tiba, aku segera membayar makanan kami dan langsung menuju hotel, sepanjang jalan ke hotel, jari-jari kami saling bertaut mengantarkan kehangatan ke jiwa kami, Dan setelah sampai di kamar hotel yang asri, Kami lamgsung mulai.. Meskipun awalnya agak canggung, Namun akhirnya kami dapat menikmati semuanya,
Masih dalam keadaan berpakaian, aku memeluk tubuh Dewi yang padat, bibir kami saling melumat lembut, kadang lidah kami saling kait dan saling dorong, sehingga gairah di dada kami semakin membuncah, Satu per satu pakaian kami bertebaran dilantai, seiring dengan nafsu kami yang semakin menggebu, Kini Seluruh organ tubuhku bekerja untuk memenuhi hasrat Dewi, aku rebahkan tubuh mulusnya di ranjang, sungguh pemandangan yang indah dan mendebarkan, dengan kulit tubuh yang putih bersih kontras dengan bulu-bulu halus dipermukaan kulitnya apalagi di kemaluannya yang begitu lebat menghitam. Aku langsung mengelus buah dadanya yang padat dengan lembut, sementara mulut dan lidahku menciumi dan menjilati centi demi centi tubuhnya tanpa terlewati,
"Tubuh kamu bagus sekali, Wi!" Aku mencoba memberinya rasa percaya diri.
Sementara Jilatanku sudah sampai pada vaginanya, aku sibakkan bulunya dengan lidahku, aku kemut lembut klitorisnya, kadang lidahku menusuk langsung vaginanya, Jari-jariku ikut membantu memberi kenikmatan dengan memilin-milin puting buah dadanya yang semakin mencuat, Sehingga membuat Dewi mengerang dalam nikmat, Sementara Dewi pun tidak tinggal diam, dia balas mengelus dadaku, kadang ujung dadaku di pilinnya, Tangan yang satunya lagi meremas-remas dan mengocok senjataku sehingga semakin meregang kaku dalam genggamannya, Yang aku yakin berdasarkan ceritanya pasti punyaku lebih besar dari pada punya suaminya, Gairah yang membuncah didadaku membuat aku lupa bahwa aku punya tugas untuk mengantarnya meraih orgasme.
Tubuh kami berguling-guling dikasur saling memberikan rangsangan dan kenikmatan, hingga akhirnya Dewi sendiri yang tidak tahan dan mengambil inisiatif, dia langsung mengangkangi tubuhku, dan langsung memegang senjataku untuk dibimbing kedalam liang surganya, Perlahan, centi demi centi, senjataku memenuhi rongga vaginanya berbarengan dengan rasa nikmat dan hangat disenjataku, Cengkraman vaginanya yang begitu kuat terasa mengurut senjataku, Dewi terus menggoyangkan pantatnya yang bulat padat, Tanganku memilin kedua putingnya, butir-butir keringat mulai membasahi tubuh kami berdua, tak lama Dewi berteriak histeris dan menggigit pundakku, tubuhnya mengejang kaku, dan wajahnya agak memerah melepas orgasmenya,
Aku berhasil mengantarnya meraih orgasme, Tubuhnya diam sejenak diatas tubuhku.
"Terima kasih, Pak" ia mencium keningku.
"Saya masih mau lagi" ucapnya serak.
Sungguh diluar dugaan, mungkin karena baru kali ini dia meraih orgasme, Dewi begitu liar, hanya beberapa detik, tubuhnya mulai bergoyang diatas tubuhku, Dan anehnya lagi, Hampir disetiap gaya Dewi bisa meraih orgasmenya begitu cepat, Mungkin ada 6 kali dia sudah orgasme tapi dia belum puas juga, sementara aku sendiri bersusah payah menahan orgasmeku, Aku benar-benar ingin memuaskan dahaganya, Apalagi saat gaya doggy, sambil meremas buah pantatnya yang bulat, aku benar-benar tak kuat lagi menahan semprotan dalam spermaku, sentuhan buah pantatnya di pangkal senjataku menambah sensasi tersendiri.
"Wi, aku mau keluar, di dalam atau di luar?" sambil aku mempercepat kocokanku.
"Di dalam aja Pak, cepat sodok yang kuat!" erangnya.
Akhirnya Seluruh tubuhku bagai tersetrum nikmat, aku melepas orgasmeku, menyemburkan cairan hangat ke dalam kemaluan Dewi yang telah basah berbarengan dengan kedutan-kedutan kecil hangat dari dalam liang vagina Dewi.
Yah, kami orgasme berbarengan, Sungguh nikmat sekali.
Waktu sudah menunjukan pukul 9 malam, namun Dewi kelihatannya belum puas juga, aku sampai bingung sendiri, biasanya istriku sekali orgasme tidak bisa lagi orgasme, Namun memang pernah aku baca ada wanita yang seperti Dewi.
Akhirnya waktu jualah yang harus memisahkan kami, kembali ke kehidupan nyata, Aku dengan istriku dan Dewi dengan suaminya, Namun sejak saat itu hubungan kami semakin hangat membara, Ada satu kelebihan Dewi yang tidak bisa aku lupakan, Vaginanya sangat mencengkram meskipun sudah puluhan kali kami berhubungan, Pernah aku Tanya katanya dia sering minum jamu, Dan Dewi sendiri pun jelas sangat membutuhkan orgasme dariku, Karena terakhir cerita dia belum bisa meraih dengan suaminya, entahlah sampai kapan..
Langganan:
Komentar (Atom)
 
